Minggu, 27 Desember 2009

SALAM CINTA UNTUK INDONESIA


Baru saja bangsa ini beranjak dari pesta kemenangan iedul fitri sebagai simbol keberhasilan dalam melewati gemblengan Tuhan melalui tarbiyah ramadhan selama satu bulan, yang didalamnya tersimpan berjuta misteri agung yang diharapkan Tuhan untuk menguji hamba-Nya terlebih lagi yang hidup di negeri tercinta Indonesia ini. Sebuah gemblengan maha dahsyat yang penuh dengan ujian mental dan fisik.
Dalam menyambut hari kemenangan mental dan fitrah itu, seluruh anak bangsa terlebih lagi ummat muslim khusuk dan tengelam dalam suka ria menikmati kemenangan, dan sejenak melupakan multi problem yang terus menghantui hari-hari bangsa ini. Memang cukup mengembirakan, ditengah bangsa yang demoralisasi penguasa seakan menjadi tontonan menjemukan, bangsa ini masih bisa memasang senyum manis dibibir masyarakatnya.
Tapi cukup menyedihkan, belum puas menikmati kemenangan iedul fitri, senyum yang singkat itu ternyata harus dibayar mahal dengan tangisan dan duka yang lebih besar dari tangisan dan duka sebelumnya. Karena seperti yang kita tahu bersama air mata bangsa ini belum kering terhadap musibah gempa yang menguncang sebagian daerah Jawa Barat pada tanggal 5 september yang lalu. Kemudian harus meratap lagi dengan bencana yang lebih dahsyat lagi dengan gempa yang kekuatan 7,6 SR yang meluluhlantakkan daerah Sumatra Barat pada tanggal 30 September. Seolah penulis ingin mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah salah satu Negara potensial dimana“senyum dan tangis” laris manis untuk “dipasarkan” di negeri yang kaya dan besar ini, dan selalu dinanti oleh jutaan “konsumennya”.
Kita akui bahwa musibah yang beruntun meluluhlantakkan bangsa ini adalah ujian Tuhan untuk menguji kesabaran dan kecerdasan mata hati manusia dalam membaca setiap bait ayat-ayat Tuhan yang Dia bentangkan lewat peristiwa dan kejadian di alam semesta. Seolah ini sebagai isyarat bahwa bangsa Indonesia belum bisa membaca pesan-pesan Tuhan dan harus mendapatkan gemblengan secara kontinyu. Bahkan “momen tarbiyah Tuhan sekelas Ramadhanpun” ternyata tidak berhasil melahirkan manusia-manusia pilihan yang seharusnya menjadi konskwensi logis dari “alumni-alumninya” sebagaimana yang menjadi janji Tuhan kepada seluruh makhluk-Nya di bumi, terutama manusia.
Sebagai bentuk responsibilitas pemerintah, yang bukan saja menjadi tangung jawab moral pemerintah terhadap korban gempa yang ada di Sumatra Barat, tetapi sudah menjadi tuntutan kongkrit dari amanat Undang-undang sebagai konstitusi tertinggi di Indonesia. Yaitu pemerintah harus selalu tanggap dan menjadi bahu pertama tempat rakyat mengeluhkan nasibnya.
Melalui peristiwa gempa Sumatra Barat itu, ternyata Tuhan kembali memperlihatkan sesuatu yang paradoksal untuk tataran kebangsaan dan kemanusiaan. Pemerintah melalui Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) memberikan bantuan tahap pertama sebesar 5 miliar dan ditambah lagi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebesar 100 miliar, jadi bantuan tahap pertama dari pemerintah seluruhnya 105 miliar. Kemudian dari sudut lain problem bangsa ini, Bank Century yang sekarang berganti nama menjadi Bank Mutiara, pemerintah dengan begitu semangat menyiapkan dana sebesar 6,75 triliun. Fakta ini cukup membuktikan etos program pro rakyat yang selama ini dijanjikan pemerintah tidak pernah terealisasikan. Cukup ironis memang, untuk Bank Century yang menyimpan misteri baru kebobrokan kaum elit penguasa kita dihargai dengan dana yang cukup besar, sedangkan program kamanusiaaan (korban gempa) dihargai dengan berjuta kali lipat lebih sedikit.
Tapi sekali lagi, itulah yang namanya Indonesia, diskriminasi seakan menjadi ciri khas bagi bangsa yang besar dan kaya raya ini. Dan satu lagi, bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang tabah dan kuat dalam menghadapi setiap bencana kehidupan. Baik bencana alam maupun bencana social politik yang terus mengiring bangsa ini pada puncak keterpurukan. Dan Presiden AS Barack Obama turut memberikan pujian terhadap ketabahan bangsa Indonesia.
Sebagai penutup dari tulisan yang singkat ini, sebagai warga Negara yang baik, kita tidak boleh larut dalam duka dan cerita kelam bangsa kita saat ini. Penulis ingin berbagi semangat, apapun yang menimpa Indonesia saat ini tidak akan pernah mengurangi sedikitpun rasa cinta kita untuk Indonesia, dan akan terus berjuang menata bangsa kita untuk lebih dewasa dan bangkit dari dari segala bentuk keterpurukan dan pada akhirnya menyatakan merdeka dari krisis multidimensional. Mudah-mudahan bencana yang tidak henti-hentinya menghantam bangsa ini adalah gemblengan Tuhan dan menjadi proses metamorposis untuk sebuah bangsa yang besar dan penduduknya berada dalam keberkahan Tuhan. Amin..

Read more...

Sabtu, 26 Desember 2009

Tumbukan

 

Dalam setiap tumbukan antara dua atau lebih benda, hukum kekekalan momentum selalu berlaku selama tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem
Namun demikian, biasanya energi kinetik sistem sebelum dan sesudah tumbukan terjadi tidak sama. Artinya, seringkali hukum kekekalan energi kinetik tidak berlaku dalam peristiwa tumbukan. Energi kinetik ini sebagian diubah menjadi panas dan suara. Tumbukan semacam ini, dimana total energi kinetik sistem tidak kekal disebut tumbukan tak elastis atau tumbukan tak lenting. Sebenarnya, secara lebih umum dalam tumbukan tak elastis, yang tidak kekal adalah total energi mekanik. Pada awal hanya disebutkan energi kinetik saja yang tidak kekal disebabkan biasanya tumbukan terjadi pada suatu bidang datar, sehingga energi potensial sistem tidak terpengaruh oleh terjadinya tumbukan.
Hal yang sebaliknya, yaitu jika dalam tumbukan ternyata energi mekanik sistem kekal, maka tumbukan semacam ini disebut tumbukan elastis atau tumbukan lenting (elastis sempurna). Jadi, dalam tumbukan elastis, berlaku dua hukum kekekalan, yaitu hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi mekanik.



Ternyata hanya sedikit saja tumbukan yang terjadi di alam ini yang bersifat elastis sempurna. Contoh tumbukan yang bersifat elastis sempurna adalah tumbukan antara molekul – molekul gas dalam ruang, tumbukan elektron dengan atom gas (tidak semuanya elastis), dan tumbukan antara dua buah bola biliar dikatakan hampir elastis. Sedangkan tumbukan – tumbukan lain yang banyak terjadi, biasanya bersifat elastis sebagian.
Penjabaran persamaan – persamaan yang berlaku dalam tumbukan elastis sempurna dan tumbukan tak elastis.
Misalkan dua buah benda A dan B bermassa mA dan mB mula – mula bergerak dengan kecepatan vA dan vB. Kedua benda bertumbukan sehingga kecepatan akhir kedua benda menjadi v’A dan v’B. pada tumbukan yang elastis sempurna berlaku hukum kekekalan momentum.
                 mAvA + mBvB = mAv’A + mbv’B
                 mA (vA – v’A) = -mB (vB – v’B)                                          …..(i)

Berlaku pula hukum kekekalan energi mekanik ( dalam kasus ini dianggap energi potensial sama dengan nol ).
                 ½ mAvA² + ½ mBvB² = ½ mAv’A² + ½ mBv’B²
                 mAvA² + mBvB²  =  mAv’A² + mBv’B²
                 mA (vA² - v’A²)  = -mB (vB² - v’B²)
                 mA (vA – v’A) (vA + v’A)  = -mB (vB – v’B) (vB + v’B)   …..(ii)

jika persamaan (ii) dibagi dengan persamaan (i), akan diperoleh bahwa
                 v’A – v’B = vB – vA

Persamaan di atas merupakan persamaan umum yang berlaku untuk tumbukan elastis sempurna.
Ada satu jenis tumbukan yang sangat ekstrem, yaitu tumbukan tak elastis sempurna, yang terjadi jika tumbukan menyebabkan kedua benda bersatu dan bergerak bersama – sama dengan kecepatan yang sama.
Misalnya tumbukan antara peluru dengan balok kayu, dimana pada akhir tumbukan peluru dan balok kayu bergerak bersama – sama dengan kecepatan yang sama. Dengan demikian, pada tumbukan tak elastis sempurna ini berlaku:
v’A = v’B = v’
Ada suatu besaran yang mencirikan tumbukan antara dua benda yang bergerak dalam satu dimensi, yang disebut koefisien restitusi (e)
                 e = v’2 – v’1 / v1 – v2

dimana, v1 dan v2 adalah kecepatan kedua benda sebelum tumbukan, dan v’1 dan v’2 adalah kecepatan kedua benda setelah tumbukan. Berdasarkan persamaan diatas tersebut, maka untuk tumbukan elastis sempurna, e = 1; sedangkan pada tumbukan elastis sebagian, 0 < e < 1; dan pada tumbukan tak elastis sempurna , e = 0.     

Read more...

Impuls

Impuls (I) didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya yang bekerja F dengan selang waktu ∆t saat gaya tersebut bekerja pada benda.

Impuls sama dengan perubahan momentum.
Bisa dituliskan;
     F = m(v – u) / ∆t
     F∆t = m (v – u)
     I =  F∆t = m (v – u)                 satuannya adalah Ns.
Aplikasi Impuls
·      Mengapa meninju dinding keras akan terasa lebih sakit dibandingkan dengan meninju sebuah bantal?
Pada saat meninju dinding keras, selang waktu terjadinya kontak antara kepalan tangan dan dinding sangat singkat, sehingga gaya F akan sangat besar. Gaya sangat besar ini menyebabkan kita merasakan sakit. Sedangkan ketika meninju bantal, waktu kontak antara kepalan tangan dan bantal relatif lebih lama, sehingga gaya F menjadi kecil. Gaya yang kecil ini menyebabkan kita tidak merasakan sakit ketika meninju bantal. Penjelasan ini juga menjelaskan kenapa ketika meninju, para petinju diberi sarung tangan.


 
·      Aplikasi lain yang menyangkut impuls misalnya adalah pada desain mobil. Bagian depan sebuah mobil di desain sedemikian rupa sehingga jika tiba – tiba terjadi benturan keras (misalnya ketika terjadi tabrakan), bagian ini akan mudah ringsek secara perlahan (menggumpal). Dengan menggumpalnya bagian depan ini, selang waktu kontak antara dua mobil menjadi lebih lama sehingga gaya yang terasa akan lebih kecil.

Read more...

Aplikasi Hukum Kekekalan Moment



Ada beberapa aplikasi hukum kekekalan momentum yang sederhana, yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari – hari.
·      Ketika seseorang menembakkan senapannya, maka pada saat peluru lepas dari laras senapan, senapan tersebut akan sedikit bergetar ke belakang. Ini disebabkan momentum peluru yang keluar dari laras senapan diimbangi oleh momentum senapan tersebut ketika bergerak ke belakang. Oleh karena itu, ketika seorang atlet tembak sedang mengarahkan senapannya ke sasaran, ia harus benar – benar berkonsentrasi memegang senapannya agar ketika peluru melesat, laras senapan hanya bergetar ke belakang saja, tidak ke samping kanan atau kiri.




·      Ketika sebuah balon di tiup kemudian dilepaskan, maka balon tersebut akan melesat dengan cepat, kadang berbelok – belok di udara. Ketika balon itu melesat, udara di dalam balon keluar dalam arah yang berlawanan dengan arah gerak balon.
Ini merupakan contoh kekekalan momentum yang sangat sederhana. Momentum udara yang keluar dari dalam balon mengimbangi momentum balon yang melesat dalam arah yang berlawanan tersebut.

Prinsip yang sama berlaku pada peluncuran sebuah roket, dimana semburan gas panas menyebabkan roket bisa bergerak ke atas dengan kelajuan yang sangat tinggi. Jika kecepatan gas yang menyembur keluar relatif terhadap Bumi adalah Vroket, maka kecepatan gas relatif terhadap Bumi adalah Vgas = Vkeluar + Vroket.
 
Misalkan massa roket adalah M, sedangkan massa bahan bakarnya adalah ∆m, maka kecepatan bersama roket dan bahan bakarnya adalah v.
Ketika roket mulai dijalankan, gas disembrkan keluar dengan kecepatan sama dengan Vkeluar relatif terhadap roket. Setelah bergerak dalam waktu tertentu, jumlah bahan bakar dalam roket akan berkurang, dan ini (sesuai dengan hukum kekekalan momentum) akan menyebabkan berubahnya kecepatan roket. Jika kecepatan roket menjadi vkeluar +  v + ∆v. Sesuai dengan hukum kekekalan momentum, maka berlaku
        (m + ∆m)v = M (v + ∆v) + ∆m (vkeluar + v + ∆v)
        0 = M∆v + ∆m (vkeluar + ∆v)
Jika ∆v dan ∆m sangat kecil, maka hasil kali keduanya bisa diabaikan. Disamping itu, besaran ∆m bisa diganti dengan besaran -∆m, karena bertambahnya bahan bakar yang tersembur sama dengan berkurangnya massa roket, sehingga
        ∆v = vkeluar (∆M / M)




Dengan menggunakan teknik integrasi, maka dihasilkan:
        Vakhir – vawal = vkeluar ln (Makhir / Mawal)


Read more...

v Hukum Kekekalan Momentum

v Hukum Kekekalan Momentum
Apabila tidak ada gaya luar maka momentum total sistem benda adalah konstan atau tetap.
Berdasarkan hukum II Newton, yaitu tentang aksi – reaksi, kita tahu bahwa gaya yang bekerja pada dua buah benda adalah sama besar dan berlawanan arah.
Berikut ini akan di bahas hukum kekekalan momentum pada peristiwa tumbukan antara dua buah benda A dan B. Jika benda A dan B memiliki massa mA dan mB, dan keduanya bergerak dengan percepatan aA dan aB, maka dapat dituliskan bahwa
FA = - FB
Dengan menggunakan hukum II Newton, diperoleh:
mAaA = - mBaB
Jika kecepatan sebelum dan setelah tumbukan benda A adalah vA dan v’A, sedangkan kecepatan sebelum dan sesudah tumbukan benda B adalah vB dan v’B, maka:
mA (v’A = vA) / ∆t     = - mB (v’B – vB) / ∆t
mA (v’A – vA)            = - mB (v’B – vB)
mAv’A + mBv’B        = mAvA + mBvB

Persamaan di atas menunjukkkan bahwa momentum total yang dimiliki oleh kedua benda setelah tumbukan sama dengan momentum total yang dimiliki oleh kedua benda sebelum tumbukan.
Inilah yang di kenal sebagai rumus hukum kekekalan momentum.

Untuk menyelediki hukum kekekalan momentum ini, akan dilakukan percobaan sederhana dengan menggunakan dua kereta dinamis berikut ini



Dua buah kereta dinamis ditempatkan pada sebuah bidang datar. Pada bagian ujung kereta A dipasang sebuah jarum atau paku kecil, sedangkan pada ujung kereta B dipasang sebuah gabus. Ini dimaksudkan agar setelah bertumbukan, kedua kereta dapat menyatu dan bergerak bersama – sama sebagai satu kesatuan. Sebuah ticker timer dipasang pada kereta A untuk mengetahui bagaimana gerakan kedua kereta sebelum dan sesudah tumbukan.
Mula – mula, kereta B dibiarkan dalam keadaan diam. Sementara itu, kereta A diusahakan agar bisa bergerak lurus dengan kelajuan konstan dalam arah yang akan menumbuk kereta B. Setelah tumbukan terjadi, kedua kereta menyatu dan bergerak bersama – sama.
Contoh hasil rekaman gerakan pada pita ticker timer adalah seperti pada gambar 8.4b. pada gambar tersebut terlihat jelas bahwa terdapat dua kelompok titik yang berbeda. Jarak yang ditempuh sebanyak 10 titik pada pita tersebut kemudian di ukur dan dilambangkan dengan Xı (sebelum tumbukan)  dan X2 (setelah tumbukan). Dari nilai X1 dan X2 ini bisa menghitung kecepatan kereta dinamis sebelum tumbukan v1 dan sesudah tumbukan v2.
Jika tegangan listrik yang dipakai untuk menjalankan ticker timer memiliki frekuensi 50 Hz, maka periode ketikan ticker timer tersebut adalah 0,02 s. Jadi, waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 ketikan pada pita adalah 0,02 s x 10 = 0,2 s.
Kecepatan v1 = x1 / 0,2 s
Kecepatan v2 = x2 / 0,2 s
Jika massa kereta A dan B adalah m1 dan m2, maka

Momentum total sebelum tumbukan = m1v1
Momentum total sesudah tumbukan = (m1 + m2) v2
Dengan perhitungan dan pengukuran yang teliti, akan diperoleh hasil bahwa:
M1v1 = (m1 + m2) v2
Dengan menunjukkan bahwa momentum total sebelum tumbukan sama dengan momentum total sesudah tumbukan. Dengan demikian, melalui percobaan sederhana ini telah membuktikan hukum kekekalan momen

Read more...

Pengertian Momentum dan Impuls



Momentum yang dimiliki oleh sebuah benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dengan kecepatannya.
Karena kecepatan merupakan besaran vektor, maka momentum juga merupakan besaran vektor.
     P = m . v
Dimana, satuannya adalah kg m/s.
Newton menyatakan bahwa perubahan momentum benda bergantung pada besar gaya yang bekerja dan lamanya gaya tersebut bekerja pada bendanya.
Hal ini diungkapkannya dalam hukum II Newton untuk momentum, yaitu:
“laju perubahan momentum sebuah benda sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja dan berlangsung dalam arah gaya tersebut.”

Momentum awal benda               = mu
Momentum akhir benda               = mv
Perubahan momentum                 = mv – mu

Laju perubahan momentum dalam selang waktu ∆t adalah
∆p / ∆t = mv-mu / ∆t
Sesuai dengan hukum II Newton, laju perubahan momentum ini sebanding dengan besarnya gaya F yang bekerja, sehingga kita bisa tuliskan:

F = mv – mu/ ∆t
F = m (v – u)/ ∆t

Read more...

JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA

      Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat di rinci menjadi kalimat berita atau pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan.
dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita barhadapan dengan salah satu jenis itu. Pada bahasa lisan kalimat – kalimat itu dicirikan oleh tanda baca akhir.
a.      Kalimat Berita atau Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat Berita (Deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk menyatakan suatu berita kepada mitra komunikasinya atau lawan berbahasanya.
Bentuk kalimat berita bersifat bebas boleh invers atau versi, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk, dan sebagainya. Yang terpenting isinya merupakan pemberitaan.
Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi menurun dan pada bahasa kalimatnya bertanda baca akhir titik.

Contoh :
1.      Tadi siang terjadi tabrakan mobil di jalan tol cawang.
2.      Presiden SBY mengadakan kunjungan ke luar negeri.
3.      Terjadi perdebatan seru dalam diskusi bahasa Indonesia kemarin di kampus.

b.      Kalimat Tanya (Interogatif)
Kalimat Tanya (Interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur untuk memperoleh informasi atau reaksi jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya.
Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis kalimat diakhiri oleh tanda Tanya.
Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, dimana, mengapa, berapa, kapan, yang mana, siapa, apa (kah), bilamana.


Contoh :
1.      Mengapa dia gagal dalam ujian?
2.      Kapan anda berangkat ke Korea?
3.      Apakah buku ini milik anda?
4.      Siapa yang telah membantumu dalam menyelesaikan tugas bahasa Indonesia?
Kalimat tanya yang diakhiri dengan kata belum, bukan dan tidak disebut kalimat sebelum.
Contoh :
1.      Kakakmu sudah wisuda bukan?
2.      Kamu sudah makan, atau belum?
3.      PR-mu dapat kau kerjakan, atau tidak?

c.       Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah (Imperatif) dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir menurun dan pada bahasa tulis kalimat itu diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik. Kalimat perintah dapat dipilih lagi menjadi kalimat perintah suruhan, kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, kalimat perintah pembicaraan.

Contoh :
v  Kalimat Perintah Halus
1.      Tolonglah bawa sepeda motor itu ke bengkel.
2.      Silahkan kamu pergi sekarang.
3.      Keputusan itu hendaknya kamu perhatikan.

v  Kalimat Perintah Langsung
1.      Pergilah kamu sekarang!
2.      Ayo, cari buku itu sampai dapat!
3.      Mari kita bernyanyi bersama – sama!

v  Kalimat Perintah Larangan Langsung
Janganlah kamu pergi sekarang!
v  Kalimat Perintah Larangan Halus
Terima kasih karena anda tidak merokok!

v  Kalimat Perintah Permintaan
Minta perhatian, anak – anak!

v  Kalimat Perintah Permintaan atau Permohonan
Mohon hadiah ini adik terima!

v  Kalimat Perintah Ajakan atau Harapan
Ayo, kita belajar!

v  Kalimat Perintah Pembicaraan
Biar (lah) dia di sini sebentar!



d.      Kalimat Seru (Ekslamatif)
Kalimat seru digunakan oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang mendadak. Pada bahasa lisan, kalimat ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis ditandai dengan tanda seru atau tanda titik pada akhir kalimat.

Contoh :
1.      Aduh, saya terlepas!
2.      Hai, ini dia orang yang kita cari!
3.      Wah, pintar benar anak itu!
4.      Alangkah besarnya pesawat terbang itu!
5.      Bukan main gantengnya aktor Korea itu!

Read more...

Gaya Bahasa (majas)

        Gaya bahasa (majas) adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa. Dalam sastra lama untuk menghidupkan pernyataan, dipakai gaya bahasa lama seperti bahasa klise, pemeo atau ibarat, perumpamaan, kiasan, dan sebagainya. Tapi sekarang gaya bahasa itu sudah sangat banyak, yaitu ada 38 macam yang digolongkan atas 4 kelompok antara lain:
a.    Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan ini ada 16 macam, yaitu:
1)   Pleonasme, yaitu penegasan dengan menggunakan kata yang sama maksud dengan kata mendahuluinya.
Misalnya;
§ Naiklah ke atas! (ke atas sudah berarti naik)
2)   Repetisi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang kata yang dipakai dalam pidato atau karangan prosa,

Misalnya:
§ Bukan harta kekayaan yang kita harapkan. Bukan pangkat dan kedudukan yang kita kehendaki, malainkan kejujuran dan budi pekerti yang tinggi.
3)    Tautologi, yaitu penegasan dengan jalan mengulang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat.
Misalnya:
§ Terus, terusakan cita-citamu!
4)   Paralelisme, yaitu gaya bahasa pengulangan dalam puisi. Paralelisme dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a.    Anapora, pengulangan awal baris puisi:
§ Ada ladang, ada belalang
§ Ada usaha, pasti menang.
b.   Epipora, pengulangan kata pada akhir baris puisi:
§  Yang datang, datang juga..
§  Yang pulang, pulang juga.
5)   Klimaks, melukiskan keadaan yang semakin menaik.
Misalnya:
§  Hujan renyai-renyai, rintik-rintik, gerimis, makin deras, dan akhirnya bagai dicurahkan dari langit.
6)   Anti klimaks, melukiskan keadaan yang semakin menurun.
Misalnya:
§  Bukan seribu, bukan seratus, bukan sepuluh, tetapi hanya satu yang saya minta.

Read more...

Pembentukan Kata



Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya:
Tata
Daya
Serba
Tata buku
Daya tahan
Serba putih
Tata bahasa
Daya pukul
Serba plastik
Tata rias
Daya tarik
Serba kuat
Tata cara
Daya serap
Serba tahu



Dari luar bahasa Indonesia terbentuk kata-kata melalui pungutan kata.
Misalnya:
Bank
Wisata
Kredit
Santai
Valuta
Nyeri
Televisi
Candak kulak

Read more...

Sinonim



Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada dasarnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Dikatakan demikian karena tidak ada kata yang maknanya sama persis (mutlak).
Kita ambil contoh kata cerdas dan cerdik. Kedua kata itu bersinonim, tetapi kedua kata tersebut tidak persis sama benar.
Kata-kata yang bersinonim adalah:
Agung, besar, raya.
Mati, mangkat, meninggal, wafat.
Cahaya, sinar,
Dan lain-lain.
Kesinoniman kata masih berhubungan dengan masalah makna denotatif dan konotatif suatu kata.

Read more...

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP